Sabtu, 01 Maret 2014

METABOLISME OBAT


METABOLISME OBAT
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Biologi Umum
Dosen Pengampu : Dian Ayuning Tyas, M.Biotech

                                                
                                                                         Oleh :
          Nama                             : Lina fahrunisak               
          NIM                               : 133711045


JURUSAN TADRIS KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013

METABOLISME OBAT


 I.            PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Akan tetapi tidak semua obat dapat menyembuhkan penyakit, adapun yang dapat menyebapkan penyakit missal hepatitis toksik. Hepatitis jenis ini terjadi akibat mengkonsumsi obat yang menganandung zat, yang bisa meracuni liver. Obat yang sering menimbulkan hepatitis toksik adalah obat-obatan kanker seperti kemoterapi. Tapi ini juga  tergantung dari sensitivitas tubuh setiap orang. Menurut dokter dari Rumah Sakit MMC "Tidak semua orang yang mengalami hepatitis toksik tergantung dari metabolisme, ini juga bisa disebabkan oleh reaksi terhadap alergi dan seberapa besar hipersensitifitas orang tersebut. Karena semakin tinggi sensitifitas dirinya maka kerusakan hati yang mungkin ditimbulkan juga semakin besar,"
Dan perlu dipahami bahwa metabolisme tidak selamanya menyebabkan senyawa menjadi tidak aktif. Sering malah metabolit obatlah yang merupakan obat, sedangkan prazatnya merupakan obat yang tidak aktif, atau metabolit tersebut dapat membentuk ikatan kovalen, dan dalam keadaan terikat pada AND, yang dapat bertindak sebagai mutagen atau karsinogen. Oleh sebab itu perlu dibahas mengenai obat yang mengalami biotransformasi dengan berbagai akibat yang dapat terjadi.

1.2.  Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
                 Untuk mengetahui proses metabolisme obat yang berlansung dalam tubuh
 1.2.2. Tujuan khusus
A.      Dapat mempelajari reaksi apa saia yang berlansung
B.       Dapat mempelajari faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme obat
C.       Dapat mempelajari efek toksit metabolisme obat
1.3.  Rumusan masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah:
A.       Pengertian obat dan penyebaranya
B.       Reaksi apa yang terjadi dalam tubuh
C.       Efek metabolisme obat                           
D.       Faktor apa saja yang mempengaruhi metabolisme obat
E.       Efek toksit metabolisme obat
F.       Adanya hepatitis toksit akibat alergi obat




II. TINJAUAN PUSTAKA
               
A.    Pengertian Obat dan Penyebaranya
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit.[1]
Obat diberikan secara oral (obat dalam) atau melalui runte bukan oral (parental). Penyebaran obat adalah peristiwa pertama  yang mempengaruhi aktivitas obat. Obat parental biasanya berupa larutan dan dapat diserap dengan cepat ketimbang obat oral.[2]
B.     Reaksi apa yang terjadi dalam tubuh 
a)       Reaksi oksidasi
Berbagai reaksi oksidasi berlangsung pada organ metabolisme utama, yaitu hati, dan dikatalisis oleh enzim tidak khas. Enzim ini terikat pada retikulum endoplasma yang halus, yang pada waktu penyeragaman menghasilkan serpihan mikrosoma yang terdiri dari butiran sangat kecil yang mengendap hanya pada kecepatan 100.000 x g.
Membran mikrosom hati mempunyai sistem oksidase fungsi-campuran yang mengkatalisis reaksi :
R-H + NADPH + H+ → R-OH + NADP+ +H2O
NADPH diperlukan untuk mereduksi setengah molekul oksigen untuk membentuk air. Pengangkut hydrogen adalah sitokrom P-450. Sitrokom ini memerlukan suatu flavoprotein, yaitu sitokrom retuktase yang menggunakan NADP sebagai koenzim.
Sitokrom P-450 dalam keadaan istirahat, seperti terlihat pada bagian atas diagram, adalah sistem besi enam-koordinat. Atom Fe berikatan dengan suatu histidin dan suatu sisteina pada protein tersebut. Molekul substrat (R-H) terikat secara terpulihkan pada sitokrom dan kompleks ini mengalami reduksi menjadi bentuk fero. Enzim kedua, flavoprotein sitokrom P-450 reduktase, diperlukan untuk reaksi ini, yang pada akhirnya memberikan elekron yang diperlukan untuk reduksi dari NADPH melalui suatu flavoprotein, yaitu FADH2. Setelah itu, barulah senyawa kompleks tereduksi ini mampu bereaksi dengan molekul oksigen. Peroksida yang dihasilkan mungkin mengalami reduksi lagi membentuk anion peroksida. Sitokrom b5 diduga terlibat pada proses terakhir ini, tetapi mekanisme lain juga mungkin. Anion peroksdida dapat mengurai membentuk H2O2, ataudapat mengalami penyusunan ulang membentuk suatu oksena, yaitu turunan oksigen heksavalen. Zat antara ini, yang keberadaannya diperklirakan berdasarkan bukti spektroskopi, mengarah ke zat hasil akhir R-OH teroksidasi dengan pembentukan kembali sitrokom P-450 (Ortiz de Montellano, 1986).
Jenis struktur substat yang dioksodasi sangat beragam; oksidasi dapat terjadi pada atom karbon, nitrogen atau belerang.
Hidroksilasi alifatik biasanya terjadi pada atom karbon yang di ujung atau yang dekat ujung molekul, sedangkan cincin alisiklik dioksidasi pada posisi yang paling tidak terhalang atau posisi yang paling teraktifkan.3
b)      Reaksi Reduksi ( reduksi aldehid, azo dan nitro )
Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis dari ester dan amida oleh enzim. Esterase yang terletak baik mikrosomal dan nonmikrosomal akan menghidrolisis obat yang mengandung gugus ester. Di hepar,lebih banyak terjadi reaksi hidrolisis dan terkonsentrasi, seperti hidrolisis peptidin oleh suatu enzim. Esterase non mikrosomal terdapat dalam darah dan beberapa jaringan
c)      Reaksi koyugasi
Reaksi ini menyempurnakan penguraian obat yang mengalami metabolisme oksidatif atau reduktif. Reaksi ini tidak selalu menghasilkan senyawa yang cukup hidrofil atau tidak aktif untuk diekskresikan dengan segera. [3]
C.     Efek metabolisme obat
Metabolisme obat mempunyai dua efek penting yaitu:
1. Obat menjadi lebih hidrofilik-hal ini mempercepat ekskresinya melalui ginjal karena metabolit            yang kurang larut lemak tidak mudah direabsorpsi dalam tubulus ginjal.
2. Metabolit umumnya kurang aktif daripada obat asalnya. Akan tetapi, tidak selalu seperti itu,  kadang-kadang metabolit sama aktifnya ( atau lebih aktif ) daripada obat asli. Sebagai contoh, diazepam (obat yang digunakan untuk mngobati ansietas ) dimetbolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam, keduanya aktif. Prodrug bersifat inaktif sampai dimetabolisme dalam tubuh dopamin, sementara obat menjadi obat aktif. Sebagai contoh, levodopa, suatu obat antiparkinson, dimetabolisme menjadi hipotensif metildopa dimetabolisme menjadi metil norepinefrin-α
D. Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat
1. Faktor intrinsik
Meliputi sifat yang dimiliki obat seperti sifat fisika-kimia obat, lipofilitas, dosis, dan cara pemberian. Banyak obat, terutama yang lipofil dapat menstimulir pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati. Sebaliknya dikenal pula obat yang menghambat atau menginaktifkan enzim tersebut, misalnya anti koagulansia, antidiabetika oral, sulfonamide, antidepresiva trisiklis, metronidazol, allopurinol dan disulfiram
2. faktor fisiologi
Meliputi sifat-sifat yang dimiliki makhluk hidup seperti:
·         Perbedaan spesies dan galur
Dalam proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadang-kadang ada perbedaan yang cukup besar pada reaksi metabolismenya. Pengamatan pengaruh perbedaan spesies dan galur terhadap metabolisme obat sudah banyak dilakukan yaitu pada tipe reaksi metabolik atau perbedaan kualitatif dan pada kecepatan metabolismenya atau perbedaan kuantitatif (Siswandono dan Soekardjo,2000).
·         Faktor Genetik
 Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-kadang terjadi dalam sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik atau keturunan berperan terhadap kecepatan metabolisme obat (Siswandono dan Soekardjo,2000).
·         Perbedaan umur
Pada usia tua, metabolisme obat oleh hati mungkin menurun, tapi biasanya yang lebih penting adalah menurunnya fungsi ginjal. Pada usia 65 tahun, laju filtrasi Glomerulus (LFG) menurun sampai 30% dan tiap 1 tahun berikutnya menurun lagi 1-2% (sebagai akibat hilangnya sel dan penurunan aliran darah ginjal). Oleh karena itu ,orang lanjut usia membutuhkan beberapa obat dengan dosis lebih kecil daripada orang muda (Neal,2005).
·         Perbedaan Jenis Kelamin
 Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan metabolisme obat. Pada manusia baru sedikit yang diketahui tentang adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap metabolisme obat. Contoh: nikotin dan asetosal dimetabolisme secara berbeda pada pria dan wanita.
3. Faktor Farmakologi
            Meliputi inhibisi enzim oleh inhibitor dan induksi enzim oleh induktor. Kenaikan aktivitas enzim menyebabkan lebih cepatnya metabolisme (deaktivasi obat). Akibatnya, kadar dalam plasma berkurang dan memperpendek waktu paro obat. Karena itu intensitas dan efek farmakologinya berkurang dan sebaliknya.
4. faktor Patologi
Menyangkut jenis dan kondisi penyakit. Contohnya pada penderita stroke, pemberian fenobarbital bersama dengan warfarin secara agonis akan mengurangi efek anti koagulasinya (sehingga sumbatan pembuluh darah dapat dibuka). Demikian pula simetidin (antagonis reseptor H2) akan menghambat aktivitas sitokrom P-450 dalam memetabolisme obat-obat lain.
5. Faktor makanan
Adanya konsumsi alkohol, rokok, dan protein. Makanan panggang arang dan sayur mayur cruciferous diketahui menginduksi enzim CYP1A, sedang jus buah anggur diketahui menghambat metabolisme oleh CYP3A terhadap substrat obat yang diberikan secara bersamaan.
6. Faktor lingkungan
 Adanya insektisida dan logam-logam berat. Perokok sigaret memetabolisme beberapa obat lebih cepat daripada yang tidak merokok, karena terjadi induksi enzim. Perbedaan yang demikian mempersulit penentuan dosis yang efektif dan aman dari obat-obat yang mempunyai indeks terapi sempit.[4]
E.     Efek toksit metabolime obat
Biotoksifikasi dapat terpulihkan, tetapi dapat juga tidak. Fotosentisisasi dan reaksi alergi biasanya terpulihkan, tetapi reaksi kovalen antara suatu metabolit dengan biomolekul dapat menjurus ke karsinogenesis, mutagenesis, teratogenik. Semua ini harus bila mungkin dengan pengubahan struktur obat yang sesuai. Aries (1984) serta Mitchell dan Horning (1984) membicarakan hal ini.
Ada dua jalur utama yang berbahaya karena menghasilkan zat yang dapat menyebabkan kerusakan sel yang abadi. Yang pertama adalah pembentukan senyawa oksida  anera dari hidrokarbon polisiklik, yang merupakan penyebab dekarsinogen senyawa tersebut dan sangat dikenal sebagai pencemar lingkungan yang berbahaya.
Reaksi benzo[a] pirena yang diperantai oleh sitokrom P-450. Senyawa oksida arena yang terbentuk dapat terbuka bukan oleh enzim, melainkan melalui hidrolisis atau oleh enzim penyapu epoksida hidrase, yang dianggap sebagai enzim pelindung. Senyawa diol yang terbentuk kemudian mengalami epoksidasi setereospesifik yang kedua kalinya, menghasilkan 9,10-epoksida yang tras terhadap gugus 7-OH dan isomernya, keduanya lebih mutagenik daripada hidro karbon asalnya.  Kedua epokdida tersebut cukup mantap: epoksida yang trans mempunyai waktu paro 8 menit kemudian segera berinteraksi dengan gugus 2-NH2 pada guanina di ADH, menyebabkan pecahnya untaian-tunggal.
Karsinogen generasi ketiga dapat juga dibrntuk dari senyawa aromatic lain. Salah satu cara  untuk menghabat pembentukanya adalah dengan memasukan substituent p-fluoro kedalam cincin senyawa obat.
Suatu kejadian yang sangat berbahaya baru-baru ini terungkap ketika bitemukan bahwa para wanita muda, yang suaktu masih berupa  janin dalam rahim ibunya terkena dietilstilbestrol, yang mengalami itu ibunya dan anaknya mengalami adenokarsinoma pada vaginanya.
Kerumitan lain pada metabolisme adalah beberapa obat yang mengimbas enzim yang yang meningkatkan sintesis enzim mikrosoma hati, termasuk oksigenase. Hal ini dapat meningkatkan toksisitas obat akibat peningkatan pembentukan metabolit, atau meningkatkan aktivitas obat melalui pembentukan  zat urai yang aktif secara farmakologi.[5]
F.      Adanya hepatitis toksit akibat alergi obat
Hepatitis toksit adalah peradangan yang terjadi pada organ hati. Penyakit ini terjadi karena organ hati terlalu banyak menerima paparan zat kimia beracun yang ada pada obat-obatan atau jamur-jamur yang beracun.
Dalam beberapa kasus, hepatitis toksit biasa terjadi dalam hitungan jam atau bahkan berbulan-bulan akibat penggunaan toksit tersebut yang terus menerus. Gejala yang ditunjuknan adalah seperti mual-mual, warna kuning pada kulit dan jika dilakukan tes laboratorium maka akan memperoleh hasil SGOT dan SGPT yang tinggi.
Hepatitis yang terjadi karena mengkonsumsi obat yang mengandung zat yang bias meracunu liver. Obat tersebut adalah obat kangker seperti kemoterapi, obat paru-paru, obat kolesterol. Tetapi ini tidak hanya bergantung pada metabolisme akan tetapi juga bergantung pada sesitifitas tubuh setiap orang.
Namun bukan berati kita harus takut dengan obat kita hanya perlu mengkonsumsinya sesuai aturan dan dimonitor dengan baik. Slain itu kita perlu mengetahui sentifitas diri sendiri.[6]



II. KESIMPULAN

 Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah
·         Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit.
·         Reaksi yang terjadi pada tubuh adalah reaksi oksidasi, reaksi reduksi, dan reaksi konyugasi.
·         Ada 2 efek penting metabolisme yaitu:
1.      Obat menjadi lebih hidrofilik
2.      Metabolit sama aktifnya (atau lebih aktif) daripada obat asli
·         Faktor yang dapat mempengaruhi metabolisme obat yaitu:
1.      Faktor instrinsik
2.      Faktor fisiologi
3.      Faktor famakologi
4.      Faktor patologi
5.      Faktor makanan
6.      Faktor lingkungan
·         Efek toksit metabolisme obat seperti, bisa diturunkanya penyakit  pada bayi perempuanya seprti contoh ibu yang trkena dietilstilbesterol saat mengandung, nanti anakny akan trkena adenokarsinoma pada vaginanya
·         Adanya hepatitis toksit akibat alergi obat itu dikarenakan penggunan yang kurang sesuai atuan dan tidak domotorik dengan baik sesuai sentifitas tiap individu



DAFTAR PUSTAKA

Nogrady. Thomas. 1992. Kimia medisial. Bandung : ITB



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Obat. 3, januari, 2014, 13.00 WIB

[2] http://siskhana.blogspot.com/2008/11/metabolisme-obat.html . 3, Januari, 2014, 13.24 WIB

[3] Thomas. Nogrady ,( Kimia medisial. Bandung, ITB ,1992 ) hlm 325-327

[5] Thomas. Nogrady ,( Kimia medisial. Bandung, ITB ,1992 ) hlm 350

bimbingan belajar semarang

  BIMBINGAN BELAJAR SEMARANG JENJANG TK, SD, SMP, SMA  Kami siap mengirim guru privat di area Kota Semarang Meliputi: Kedu...