Jumat, 18 Juli 2014

I’JAZIL QUR’AN

I’JAZIL QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ulumul Qur’an
Dosen pengampu: Hj. Nur Asiyah, M



Disusun oleh:
Ulfah Fatkhuroh               (133711044)
Lina Fahrunisak                (133711045)
Nasrul Abidin                   (133711046)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
Latar belakang
      Alam yang luas dan dipenuhi makhluk-makhluk Allah ini; gunung-gunung yang menjulang tinggi, samuderanya yang melimpah, dan daratannya yang menghampar luas, menjadi kecil di hadapan makhluk lemah, yaitu manusia. Itu semua disebabkan Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan kelebihan serta memberinya kekuatan berpikir cemerlang yang dapat menembus semua medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan manusia.
      Bila dukungan Allah kepada rasul terdahulu berbentuk ayat-ayat kaunuiyah yang memukau mata, dan tidak ada jalan bagi akal untuk menentangnya, seperti mu’jizat tangan dan tongkat bagi Nabi Musa AS, dan penyembuhan orang buta serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah SWT bagi Nabi Isa AS, maka mukjizat Nabi Muhammad SAW pada masa kejayaan ilmu pengetahuan ini, berbentuk mukjizat ‘aqliyah, mu’jizat bersifat rasional, yang berdialog dengan akal manusia dan menantang untuk selamanya. Mu’jizat itu ialah Al-qur’an dengan segala ilmu dan pengetahuan yang dikandungnya dan sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman dan pembimbing hidup.
     Allah SWT tidak membekali Nabi Muhammad SAW dengan kemampuan-kemampuan seperti yang diberikan Allah kepada rasul-rasul pendahulunya untuk meyakinkan umat manusia atas kerasulan dan kebenaran risalah dakwahnya. Tetapi Allah SWT hanya memberikan kepadanya Al-qur’an.  Agar pemahaman kita tentang mukjizat secara umum dan mukjizat Al-qur’an lebih komprehensif, maka penulis menyusunnya dalam sebuah makalah dengan judul I’jazul Qur’an. Semoga manfaat dan berguna untuk pribadi penyusun dan pembaca, serta untuk dunia akademik.
Rumusan Masalah
Agar lebih terfokus dari segi operasional maupun sistematika penulisan makalah ini, maka pokok permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari I’jazul qur’an?
2.      Apa tujuan dari I’jazul qur’an?
3.      Bagaimana sejarah dari I’jazul qur’an?
4.      Apa s aja macam-macam dari I’jazul qur’an?
5.      Apa saja segi-segi dari I’jazul qur’an?

PEMBAHASAN

A.    Pengertian I’jazul Qur’an
Kata mu’jizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”. Sedangkan mu’jizat dalam kacamata islam berarti “membuat sesuatu menjadi tidak mampu atau sesuatu yang luar biasa dimana manusia tidak mampu mendatangkan hal yang serupa”.[1]
Qur’an al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balagah-nya. Hal ini tidak lain karena Al-Qur’an adalah mu’jizat.[2]
Kata mu’jizat terambil dari kata bahasa arab (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka ia dinamai (mu’jizat).
Secara terminology, beberapa ulama’ mendefinisikan mu’jizat sebagai berikut:
1.   Al-suyuti: mu’jizat adalah sesuatu yang terjadi tidak menurut kebiasaan disertai dengan tantangan dan tak seorang pun dapat memenuhi tantangan tersebut.
2.   M. Quraish Shihab: mu’jizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi (yang diberi tugas kenabian) sebagai bukti kenabian yang ditantang kepada yang ragu untuk mendatangkan hal yang serupa namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.
Dengan demikian mu’jizat tidak dapat diperoleh dengan pengalaman melainkan merupakan pemberian Allah SWT kepada rasul-Nya untuk menguatkan misi dakwahnya dan untuk menunjukkan kelebihan-kelebihan yang dicapai oleh kaumnya, dan mereka tidak akan mampu mendatangkan hal serupa mu’jizat karena ia keluar dari adat kebiasaan manusia yang biasa disebut sebab-akibat.
Setelah kita mengetahui arti dari mu’jizat itu sendiri dari segi bahasa dan istilah, maka yang di maksud dengan I’jazul qur’an adalah  melemahkannya Alquran terhadap makhluk Allah (manusia dan jin) untuk mendatangkan hal yang serupa dengan yang ditantang serta Al-qur’an menampakkan kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam pengakuannya sebagai rasul Allah, dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mu’jizat yang abadi (Al-qur’an) dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.[3]

B.     Tujuan I’jazil Qur’an
Dari pengertian i’jaz dan mukjizat diatas, dapat diketahui bahwa tujuan I’jazil Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu:
a.       Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat kitab Alquran itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Alquran kepada mereka yang ingkar.
b.      Membuktikan bahwa kitab Alquran itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW. Sebab, seandainya kitab Alquran itu buatan Nabi Muhammad yang seorang ummi (tidak pandai menulis dan membaca), tentu pujangga-pujangga Arab yang profesional, dimana mereka tidak hanya pandai menulis dan membaca tetapi juga ahli dalam sastra, gramatika bahasa Arab, dan balaghahnya akan bisa membuat seperti Alquran. Kenyataannya mereka tidak bisa membuat tandingan seperti Alquran, sehingga jelaslah bahwa Alquran itu bukan buatan manusia.
c.       Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti Alquran, yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian Alquran.
d.      Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman mempercayai kewahyuan Alquran dan sombong tidak mau menerima kitab suci itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamun atau buatan Nabi Muhammad sendiri. Kenyataannya, para pujangga sastra Arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti Alquran itu, walaupun hanya satu ayat.[4]

C.    Sejarah I’jazil Qur’an            
Ada ulama yang berpendapat, orang yang kali pertama menulis I'jazil Qur'an ialah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majazul Qur'an. Lalu disusul oleh Al-Farra (wafat 207 H) yang menulis kitab Ma'anil Qur'an. Kemudian disusul Ibnu Quthaibah yang mengarang kitab Ta'wilu Musykilil Qur'an.
Pernyataan tersebut dibantah Abd. Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya Dalailul I'jaz, bahwa semua kitab tersebut di atas bukan ilmu I'jazil Qur'an, melainkan sesuai dengan nama judul-judulnya
Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil Qur'an, bahwa orang yang kali pertama membicarakan I'jazil Qur'an adalah Imam Al-Jahidh (wafat 255 H), ditulis dalam kitab Nuzhumul Qur'an. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, Al-Hayawan. Lalu disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy (wafat 306 H) dalam kitab I'jazul Qur'an, yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahidh. Kemudian dilanjutkan Imam Ar-Rumany (wafat 384 H) dalam kitab Al-I'jaz  yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan Al-Quran. Lalu disusul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H) dalam kitab I'jazul Qur'an, yang isinya mengupas segi-segi kebalaghahan al-Quran, di samping segi-segi kemukjizatannya. Kitab ini sangat populer. Kemudian disusul Abd. Qohir Al-Jurjany (wafat 471 H) dalam kitab Dala'ilul I'jaz dan Asrarul Balaghah.
Para pujangga modern seperti Mushthofa Shodiq Ar-Rofi'y menulis tentang ilmu ini dalam kitab Tarikhul Adabil Arabi dan Prof. Dr. Sayyid Quthub dalam buku At-Tashwirul Fannifil Qur'an dan At-Ta'birul Fanni Fil Qur'an.


D.    Macam-Macam I’jazil Qur’an.
Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil qur’an ini para ulama’ berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, diantaranya yaitu:
Dr. Abd. Rozak Naufal, dalam kitab Al- I’jazu Al-Adadilil Qur’anil karim menerangkan bahwa I’jazil Qur’an itu ada 4 macam, sebagai berikut:
a.       Al-I’jazul Balaghi, yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
b.      Al-I’jazul Tasyri’i, yaitu kemukjizatan segi persyariatan hukum-hukum ajaranya, yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
c.       Al-I’jazul Ilmu, yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains dikalangan umat islam.
d.      Al-I’jzul Adadi, yaitu kemukjizatan segi kuantity atau matematis/ statistic, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang.
Sebagai gambaran I’jazul Adadi menurut Dr. Abd. Razak Naufal dicontohkan  sebagai berikut:
a.       Dalam Al-Qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali/ ayat, maka ayat yang menyuruh mohon perlindungan dari iblis itu disebutkan 11kali pula.
b.      Kata sihir dengan segala bentuk tafsiranya dalam Al-Qur’an disebutkan samapai 60/ ayat, dan kata fitnah yang merupakan sebab dari itu juga disebutkan sampai 60 kali pula.
c.       Kat musibah dari segala bentuk tafsiranya dalam Al-Qur’an disebutkan  sampai 75 kali, yang mana kata musbah itu disebut 10 kali. Dan dengan jumlah 75 kali pula lafal syukur dan semua bentuknya yang merupakan ungkapan bahagia terhindar dari musibah itu.
Imam Al-khoththoby (wafat 388H) dalam buku Al bayan Fi I’jazil Qur’an mengatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja. Dengan kata lain dia menganggap bahawa I’jazul Qur’an itu hanya satu macam saja intinya, yaitu I’jazul Balaghi yang mencakup kefasihan lafal, kebaikan susunan yaitu keserasian susunan huruf-hurufnya dan ketertiban kalimat-kalimatnya, serta keindahan makna. Ulama yang sepaham dengan Imam Al-Khoththoby yang berorientasi pada balaghah saja antara lain:
a.      Imam Ali bin Isa Ar Ramany (wafat 384 H), kitab An Naktu Fi I’jazil Qur’ani Al Balaghi.
b.      Syekh Musthafa Shodiq Ar Rafii, kitab I’jazul Qur’an Al Balaghatu An Nabaawiyyatu.
Imam Al Jahidh (wafat 255 H), dalam kitab Nuzdumul Qur’an, Hujajun Nabawiyah, dan Al Bayan wa At Tabyin, menegaskan bahwa kemu’jizatan Al Qur’an hanya satu yaitu pada susunan lafal-lafalnnya saja. Sebab susunan lafal-lafalnya memang berbeda dari kitab-kitab yang lain, dengan adanya lafal mufrad dan murakkab, taqdim dan ta’khir, hadzaf dan dzikir, fashal dan washal, dan sebagainya. Pujangga yang sepaham dengan Al Jahidh antara lain:
a.       Muhammad bin Jazid Al Wasithy (wafat 306 H), kitab I’jazil Qur’an fi Nudzumi wa Ta’lifi.
b.      Dr. Fathi Ahmad Amin, kitab Fikratun Nudzumi Baina Wujuhil I’jazi.
c.       Abd. Qohir Al Jurjany (wafat 371 H), kitab Dalailul I’jaz.
Moh Ismail Ibrahim,dalam buku yang berjudul Al Qur’an wa I’jazihi Al-Ilmi mengatakan bahwa fokus kemu’jizatan Al Qur’an adalah pada bidang ilmu dan pengetahuan.
Dalam kitab tersebut beliau mendeskripsikan berbagai ayat yang menunjukan kemukjizatan Alqur’an yang ilmiah dan relevansinya, mengapa kemukjizatan Nabi Muhammad SAW itu berupa Alqur’an. Hal ini dikarenakan Alqur’an adalah firman Allah SWT yang maha alim, maha mengetahui segala sesuatu dan segala rahasia yang ada di alam semesta ini, sehingga segala masalah dapat terpecahkan.
Rupanya bukan hanya Ismail Ibrahim saja yang beranggapan bahwa focus kemukjizatan adalah dalam bidang ilmu dan pengetahuan, bahkan ulma’ salaf juga telah beranggapan bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an itu terletak pada bidang ilmu dan pengetahuan seperti yang diungkapkan oleh:
1.               Dr. Ahmad Abd. Salam Al- Kerdani dalam buku Al- I’jazil Ilmilil Qur’an.
2.               Imam Zamahsyari dalam Tafsir Al- Kassyaf.
3.               Imam Tarur Rozi dalam Tafsir mafasil Ghaibi
4.               Imam Al- Ghazali dalam buku Jawahirul Qur’an.[5]
           Al Baqillani menegaskan bahwa I’jaz yang terdapat dalam Al Qur’an, tidak berasal dari intervensi eksternal yang menutup kemungkinan bangsa Arab membuat yang semisal dengan Al Qur’an. Al Baqillani mengakui bahwa pemberitaan perihal yang gaib dan masalah-masalah yang akan terjadi pada masa mendatang merupakan salah satu aspek kemukjizatan Al Qur’an, namun ia tidak menafsirkan I’jaz dari aspek itu saja. Al Baqillani membedakan teks Al Qur’an dengan teks-teks lainnya dari dua sisi, yaitu:
a.       Bentuk eksternal, struktur umum. Al Qur’an tidak tunduk pada aturan-aturan prosa yang berlaku dalam ujaran biasa.
b.      Aspek susunan dan style (uslub), kita tidak menemukan perbedaan taraf susunan dan penyusunan meskipun panjang dan temanya bervariasi.[6]
E.     Segi-Segi I’jazil Qur’an
Yang dimaksud segi-segi I’jazil Qur’an ialah hal-hal yang ada pada Alquran yang menunjukkan bahwa kitab itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, dan ketidakmampuan jin dan manusia untuk membuat hal-hal yang sama seperti yang ada pada Alquran.
Untuk menentukan segi-segi I’jazil Qur’an, para ulama berbeda pandangan, antara lain:
a.       Syekh Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H) dalam kitab I’jazil  Qur’an mengatakan: Alquran menjadi mukjizat itu karena 3 segi kemukjizatan, sebagai berikut:
§  Di dalam Alquran itu ada cerita mengenai hal-hal yang ghaib.
§  Di dalam Alquran itu ada cerita umat dahulu beserta para Nabinya, padahal Rasulullah SAW adalah seorang ummi.
§  Di dalam Alquran terdapat susunan indah yang terdiri dari 10 segi: Ijaz, tasybihisti’arah, talaum, jawashil, tajamus, tasyrif, tadhmin, mubalaghah, dan husnul bayan.
b.      Al-Qhadi Iyad Al-Basty dalam buku Asy-Syifa’u bi Ta’rifi Huquqil Mushthafa mengatakan: Segi-segi kemukjizatan Alquran itu 4 hal, sebagai berikut:
§  Susunannya yang indah.
§  Uslubnya yang lain dari pada yang lain.
§  Adanya berita-berita ghaib yang belum terjadi, tetapi lalu betul-betul terjadi.
§  Adanya berita-berita ghaib masa lalu dan syariat-syariat dahulu yang jelas dan benar.
c.       Imam Al-Qurthubi (wafat 684 H) dalam tafsir Al-Jami’u Ahkamil Qur’an mengatakan: Segi-segi kemukjizatan Alquran itu ada 10 hal, sebagai berikut:
§  Susunannya yang indah, yang lain dari yang lain.
§  Uslubnya berbeda dengan seluruh uslub bahasa Arab.
§  Kefasihan ungkapan-ungkapannya yang tidak dapat diimbangi.
§  Pengaturan bahasa yang utuh-bulat.
§  Adanya berita mengenai pertama kali kejadian-kejadian dunia yang belum terdengar.
§  Ditepatinya hal-hal yang telah dijanjjikan lalu betul-betul terjadi.
§  Adanya berita yang belum terjadi, lalu betul-betul terjadi.
§  Isi aturan halal-haram.
§  Hikmah-hikmah tinggi yang tidak biasa terjadi.
§  Persesuaian semua kandungannya.
d.      Syekh Abd. Adhim Az-Zarqony, dosen Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis pada jurusan Dakwah wal Irsyad fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar mengatakan: Orang yang mengamati Alquran dengan seksama akan mengetahui segi-segi kemukjizatan Alquran yang sangat menakjubkan, sedikitnya ada 7 segi, sebagai berikut:
a.       Keindahan bahasa dan uslub Alquran. Segi bahasa dan uslubnya sangat indah dan menarik, karena memiliki kekhususan yang tinggi, sehingga amat mengherankan dan bahkan dapat melemahkan manusia yang mendengarkannya.
b.      Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan-perbedaan antara surah yang satu dengan yang lain, meski Alquran itu diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit selama 22 tahun lebih.
c.       Berisi beberapa ilmu pengetahuan, yang banyak memberi acuan makhluk kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam Alquran banyak berisi benih dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, bermacam-macam argumentasi lautan kehidupan di dunia dan akhirat.
d.      Membuktikan bahwa Alquran itu mu’jiz atau menjadi mukjizat ialah karena kitab suci itu bisa memenuhi segala kebutuhan manusia, baik yang berupa petunjuk-petunjuk dalam berbagai segi kehidupan, ataupun berwujud tuntunan dalam bermacam-macam peribadatan, maupun yang berbentuk benih-benih dalam beraneka disiplin ilmu pengetahuan di sepanjang zaman. Hal ini tidak pernah terjadi didalam kitab suci lain ataupun agama lain.
e.       Kemukjizatan Alquran tampak juga dalam segi cara-caranya mengadakan perbaikan dan kemaslahatan-kemaslahatan bagi umat manusia. Alquran menempuh cara yang sangat bijaksana sehingga amat mengherankan dalam mengarahkan umat menuju jalan kebaikan, kemaslahatan, dan kesejahteraan dalam berbagai segi kehidupan.
f.       Adanya berita-berita ghaib dalam Alquran juga menunjukkan bahwa kitab suci tersebut betul-betul wahyu Allah SWT. Sebab berita-berita ghaib yang menceritakan hal-hal yang telah terjadi ratusan ribu tahun lalu itu tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi bisa menceritakannya, kalau bukan wahyu dari Allah SWT yang Maha Mengetahui segala rahasia dan kejadian. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
 ¼çnyYÏãur ßxÏ?$xÿtB É=øtóø9$# Ÿw !$ygßJn=÷ètƒ žwÎ) uqèd 4 ÞOn=÷ètƒur $tB Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur 4 $tBur äÝà)ó¡n@ `ÏB >ps%uur žwÎ) $ygßJn=÷ètƒ Ÿwur 7p¬6ym Îû ÏM»yJè=àß ÇÚöF{$# Ÿwur 5=ôÛu Ÿwur C§Î/$tƒ žwÎ) Îû 5=»tGÏ. &ûüÎ7B ÇÎÒÈ

Artinya:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan.” (Q. S. Al-An’am: 59)
g.      Adanya ayat ‘itab (teguran). Di dalam Alquran terkadang terdapat ayat-ayat ‘itab (ayat teguran), yang menegur kekeliruan pendapat Nabi Muhammad      SAW. Kadang-kadang teguran itu secara tegas dan keras, kadang-kadang secara lunak dan lemah lembut.[7]
PENUTUP
Kesimpulan
I’jazul qur’an adalah  melemahkannya Alquran terhadap makhluk Allah (manusia dan jin) untuk mendatangkan hal yang serupa dengan yang ditantang serta Al-qur’an menampakkan kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam pengakuannya sebagai rasul Allah, dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mu’jizat yang abadi (Al-qur’an) dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.
I’jazil qur’an itu sendiri mempunyai tujuan diantaranya untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah, membuktikan bahwa kitab Alquran itu benar-benar wahyu Allah SWT bukan buatan malaikat jibril dan bukan pula buatan Nabi Muhammad SAW, menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia, serta menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya.
Sejarah I’jazil Qur’an menjelaskan bahwa ada ulama yang berpendapat tentang orang yang pertama kali menulis I’Jazil Qur’an ialah Abu Ubaidah dalam kitab Majazul Qur’an, kemudian dibantah oleh Abd. Qohir Al-Jurjanjy dalam kitab Dalailul I’jaz. Macam-macam I’jazil Qur’an menurut Dr. Abd. Rozak Naufal dalam kitab Al-I’jazu Al-Adadilil Qur’anil Karim ada 4 macam, yaitu Al-I’jazul Balaghi, Al-I’jazul Tasyri’I, Al-I’jazul Ilmu, dan Al-I’jazul Adadi. Segi-segi I’jazil Qur’an menurut Syekh Abu Bakar Al-Baqillany ada 3 segi, menurut Al-Qadhi Iyad Al-Basty ada 4 segi, menurut Imam Al-Qurthubi ada 10 segi sedangkan menurut Syekh Abd. Adhim Az-Zarqony ada 7 segi.








DAFTAR PUSTAKA
Djalal abdul. 2012. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Shiddieq, Muhamad Hasbi Ash. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang. PT. Pustaka Rizki Putra. 
Khalil al-Qattan Manna’. 2013. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Surabaya: Litera AntarNusa.






[1] Muhamad Hasbi Ash Shiddieq, Tengku,Ilmu-Ilmu Al-qur’an, (Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm 318
[2] Khalil al-Qattan Manna’. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. (Surabaya: Litera AntarNusa, 2013) hlm 255

[3]Muhamad Hasbi Ash Shiddieq, Tengku,Ilmu-Ilmu Al-qur’an, (Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm
[4] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an,  (Surabaya, Dunia Ilmu, 2012) hlm 269- 271
[5] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an,  (Surabaya, Dunia Ilmu, 2012) hlm 271-275

[7] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an,  (Surabaya, Dunia Ilmu, 2012) hlm 271

 vvvvv

bimbingan belajar semarang

  BIMBINGAN BELAJAR SEMARANG JENJANG TK, SD, SMP, SMA  Kami siap mengirim guru privat di area Kota Semarang Meliputi: Kedu...